A. Kode Desa (PUM) B. Desa/Kelurahan C. Kecamatan D. Kabupaten/Kota E. Provinsi F. Tahun Pembentukkan : 6402022011 : Jembayan Tengah : Loa Kulu : Kutai Kartanegara : Kalimantan Timur : 06 Juni 2006
1. TOPOGRAFI DAN DEMOGRAFI
a. Ketinggian | : 3,5 Mdpl | BATAS WILAYAH | |
---|---|---|---|
b. Luas Wilayah | : 4.275 H | ||
c. Koordinat | : 116,58055 BT | : 0,32500 LU | |
| : Desa Loa Sumber | ||
| : Desa Jembayan Dalam | ||
| : Desa Jonggon, Desa Jahab | ||
| : Desa Jembayan Induk |
Jarak Desa Jembayan Tengah ke Ibukota Kecamatan lebih kurang 7 Km yang bisa ditempuh dalam waktu 90 menit menggunakan kendaraan bermotor. Sedangkan jarak menuju ke Ibukota Kabupaten lebih kurang 15 Km dengan waktu tempuh rata-rata sekitar 90 menit. Sehingga keberadaan desa Jembayan Tengah ini masih terbilang berada di pinggiran Kota Kabupaten.
Dari sisi demografis, Desa Jembayan Tengah memiliki penduduk dengan jumlah: kunjungi Data Statistik.
2. SOSIAL BUDAYA
Masyarakat Jembayan Tengah mayoritas beretnis Jawa. Urutan kedua terbanyak ditempati etnis Banjar, namun ada juga etnis atau suku lainnya yang tinggal di desa ini meskipun tidak banyak. Jadi, penduduk atau warga Pedekik pada dasarnya sudah heterogen. Untuk lebih jelasnya silakan lihat tabel suku atau etnis berikut:
Walaupun penduduknya banyak orang Jawa, dalam kehidupan sehari-hari, secara umum masyarakat Jembayan Tengah justru lebih kental dengan adat dan budaya Kutai, baik itu dalam berkomunikasi, pergaulan sehari-hari, adat istiadat perkawinan, kenduri, dan lainnya.
Hal ini mungkin disebabkan karena Pulau Kalimantan Timur dahulu merupakan wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara. Di samping itu, yang terlebih dahulu menempati Pulau Kalimantan Timur umumnya dan sebagian wilayah desa Jembayan Tengah khususnya adalah suku Banjar. Namun demikian, adat istiadat dan budaya Jawa tetap terlihat dalam berbagai hal khususnya di wilayah Dusun II, III, dan IV yang warganya mayoritas etnis Banjar.
Ada satu budaya unik masyarakat Desa Jembayan Tengah yang cukup terkenal di Kalimantan Timur yaitu budaya “Bara’an” ketika datang Hari Raya Idul Fitri. Di mana setiap warga secara bergiliran mendatangi setiap rumah penduduk untuk bersilaturrahmi dan bermaaf-maafan tanpa terkecuali.
Setiap rumah yang mendapat giliran akan menyediakan makanan khas Lebaran yaitu ketupat disertai dengan berbagai macam lauk pauk dan berbagai jenis minuman. Karena banyaknya rumah yang dikunjungi, acara ini berlangsung minimal lima hari berturut-turut.
Sementara dari sisi sosial keagamaan, Desa Jembayan Tengah sangat kental dengan nuansa agama Islam. Dari 4.275 jumlah penduduknya, 1.747 jiwa beragama Islam, dan beberapa persen sisanya beragama Kristen.
Cikal bakal Desa Jembayan Tengah: adalah kampung Selingsing. Awal mula kampung Selingsing adalah sebuah hutan rimba yang luas dari arah utara yaitu Merangan darat hingga arah selatan Mehembat dan Lembonang, kemudian arah timur yaitu Jembayan (Tahangkon) sampai ke arah Jahab.
Dari munculnya nama Selingsing adalah nama rumput yang memenuhi anak sungai Jembayan sehingga nama sungai tersebut adalah sungai Selingsing. Rumput Selingsing sejenis rumput BENGKUANG versi kecil yang hijau, merambat, dan berdaun lebar serta tumbuh di sekitar rawa termasuk pinggir sungai.
Orang yang pertama kali membuka lahan Selingsing adalah sepasang suami istri yaitu Pak Mi’ dan Bu Saerah pada tahun 1948. Keluarga kecil ini menetap selama satu tahun di Selingsing dan pindah ke arah selatan yaitu Ukung dan membuka lahan di sana selama 2 tahun. Pada tahun 1952, mereka tinggal beberapa bulan di Jembayan dan melahirkan seorang putra yang diberi nama Ahmad dan sering dipanggil dengan sebutan Mat.
Pada tahun yang sama pasangan ini kembali ke Selingsing dan naik ke darat yaitu wilayah Gunung Kepeng, Munte, dan Guntungojot (sekarang wilayah Tudungan) untuk membuka hutan di sana selama puluhan tahun dan banyak melahirkan anak di sekitar wilayah itu.
Dari keturunan beliau sampai saat ini masih ada yang tinggal di Selingsing hingga cucunya, dan sebagian anak yang lain pergi merantau dan menetap di tempat lain seperti Samarinda dan Tanah Grogot.
Pada tahun 60-an berkembanglah Selingsing menjadi sebuah kampung dan para pendatang banyak datang dari suku Kutai Hulu dan Jembayan. Dulu ada suku Kedang Pahu, suku Lampung yang sekarang berubah menjadi suku Kutai, kemudian suku Banjar Negara yang berasal dari Kampung Tanjung Isyui. Ketua RT pertamanya adalah Pak Basrah, kemudian berturut-turut adalah Pak Duk, Pak Duy Arsyad, Pak Asnan, Pak Syahrun, Pak Burhan Hampong, dan sekarang adalah Pak Wasni. Rumah-rumah yang berjejer di tepi kiri kanan sungai Jembayan.
Perkembangan RT ini pada tahun 60-an meliputi masyarakat di sekitar Selingsing, Lempatan, dan Sumber Rejeki. Sejarah dari kampung Lempatan berkisah tentang adanya sungai kecil yang mana masyarakat sering melewatinya dengan cara melompat, dan berjalannya waktu masyarakat menamai kampung tersebut menjadi Lempatan. Mayoritas suku yang mendiami Lempatan dulu adalah suku Dayak yang sekarang berpindah dan menetap di Sumber Rejeki.
Pada tahun 70-an hingga 80-an banyak datang suku Banjar dari Kalimantan Selatan seperti dari Hulu Sungai ke Selingsing dan kemudian pindah ke kampung Lempatan yang sekarang dikenal dengan nama Lempatan Baru, sehingga mereka beranak pinak di Lempatan. Pada tahun 75-an Lempatan membentuk RT tersendiri dan saat ini berkembang menjadi 3 RT.
Pada tahun 80-an berkembang perusahaan cokelat Hasfarm di daerah Selingsing Darat yang sekarang menjadi kampung Lembu Lompat. Mayoritas pekerja adalah dari Jawa. Nama kampung Lembu Lompat sendiri berasal dari bayaknya lembu yang melompat-lompat dan akhirnya dinamakan demikian. Berjalannya waktu, masyarakat berhenti bekerja dan kemudian membentuk kampung Tudungan untuk menetap dan bercocok tanam.
Pada tahun 90-an, penduduk tersebut sepakat membentuk RT tersendiri terpisah dari Selingsing. Sekarang Tudungan terbagi menjadi 2 RT yang terdiri dari berbagai suku seperti Jawa, Sunda, Bugis, Toraja, Dayak, Kutai, Banjar, dan Madura.
Selingsing pada tahun 90-an mulai redup dan ditinggal oleh penduduknya, yang bertahan sampai sekarang hanya beberapa keluarga saja.
Pada tahun 95-an datang suku Bugis dari Handil (kilo) dan mendiami daerah Menili kemudian membentuk RT sendiri dan lepas dari Selingsing dengan nama kampung Alhidayah.
Jadi RT-RT dan kampung-kampung yang ada sekarang ini adalah pecahan dari kampung Selingsing. Maka tidak mengherankan kalau masyarakat Jembayan, Jembayan Tengah, Jembayan Dalam, Loh Sumber, dan Sungai Payang termasuk Jonggon Kampung, pada umumnya menyebut kampung Selingsing sebagai kampung tertua atau "Kampung Tuha".
Dengan adanya program Bupati Kutai yaitu Bapak H. Syaukani HR, yang memberikan dana 2 miliar per desa, Desa Jembayan secara otomatis juga mendapatkan aliran dana dari program tersebut. Namun karena begitu luasnya wilayah Jembayan, sebagian wilayah tidak tersentuh oleh program yang dimaksud, sehingga pembangunan tidak merata dan terjadi ketimpangan masalah dana.
Pada tahun 2006, Desa Jembayan yang luas ini dimekarkan menjadi tiga desa yaitu Desa Jembayan Tengah, Desa Jembayan Dalam, dan Desa Sungai Payang.
Komunitas DesaKu dikenal dengan semangat kebersamaan dan tradisi yang kuat.
Setiap tahun, kami mengadakan festival yang memamerkan kebudayaan lokal.
Gotong-royong adalah nilai yang selalu kami junjung tinggi.
Rumah-rumah kami mencerminkan kearifan lokal dan hubungan erat dengan alam.
DesaKu terkenal dengan hasil pertanian yang melimpah, seperti padi dan sayuran organik.
Lihat Lebih LanjutDesaKu memiliki banyak destinasi wisata yang cocok untuk relaksasi dan petualangan.
Lihat Lebih Lanjut